Kamis, 23 Januari 2014

Poster Indonesia Belum Memiliki Ciri Khas

Poster Indonesia Belum Memiliki Ciri Khas

Poster-poster di Indonesia hingga saat ini belum memiliki ciri khas. Bahkan, dalam bidang komersial dapat dikatakan tidak ada poster yang bagus. Berbeda dengan poster-poster Polandia atau Jepang, hanya dengan melihat beberapa poster saja kita dapat langsung mengetahui bahwa itu adalah poster Polandia atau Jepang karena mereka memiliki region/national style.
“Tetapi kalau kita mencoba melihat masa tahun 1930-an ke bawah, ada poster seniman Indonesia yang masih dipengaruhi grafikus Belanda yang masih menganut Dutch Victorian, Dutch Moderne atau Dutch Deco. Hampir seperti plakat steel, punya cara steelasi yang sangat gamblang, warna-warnanya masih murni dan mendominasi dunia perdagangan. Mungkin juga karena ada jarak yang bersifat nostalgia, maka ketika melihat poster-poster itu rasanya bagus,” kata Wagiyono, praktisi grafis, dalam diskusi “Perkem-bangan Seni/Desain Poster Indonesia” di Bentara Budaya Jakarta, Sabtu (15/4).
Selain Wagiono, pada diskusi tersebut juga tampil praktisi grafis Irvan Noek’man yang mempresentasikan perkembangan poster-poster Indonesia sejak masa Belanda hingga poster partai-partai peserta pemilihan umum yang baru lalu.
Menurut Wagiono, pada poster Polandia ada satu tradisi art yang berkembang pada seni Eropa yang sebetulnya masih berbekas terus-menerus. “Lima saja poster Polandia dipamerkan, kita akan langsung tahu bahwa itu poster Polandia,” katanya. Hal seperti ini tidak banyak terjadi di tempat lain. Yang punya sifat seperti itu adalah poster Jepang. Menurut Wagiono, tidak banyaknya negara lain yang seperti itu karena mereka terlalu berorientasi pada gaya internasional dan mencoba mencari satu gaya yang universal.
Poster-poster Indonesia yang menarik, kata Wagiono, justru terjadi di dunia yang tidak komersial, tetapi lebih banyak di pertunjukan-pertunjukan yang berkaitan dengan teater, tari, musik, film dan pariwisata. “Di film pun kita akan melihat film-film yang serius yang dibuat oleh Teguh Karya. Poster-posternya biasanya juga lebih berhati-hati. Akan tetapi kebanyakan di dalam film Benyamin S atau Warkop memang dibuat tidak dengan keinginan menjadi poster yang bagus, tetapi hanya keinginan untuk menarik masyarakat, apalagi film-film yang panas,” ujar Wagiono.
Hal yang sama juga belum terjadi pada desain. “Kita bisa saja mengumpulkan karya-karya desain grafis dan kita cocokkan. Saya kira ini isu besar di samping suatu desain yang memberikan kesempatan dan kebebasan berekspresi, berkreasi tetapi juga sebetulnya kita harus mempunyai ciri yang sangat kuat menjadi suatu region style atau national style yang bisa kita banggakan,” ucap Wagiono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar