Umpamakan anda ingin mengumumkan,
menginformasikan atau menjual sesuatu, menghibur atau membujuk
seseorang, menjelaskan suatu sistem yang rumit atau mempertunjukkan
suatu proses yang panjang dan berbelit-belit. Dengan kata lain, anda
mempunyai suatu pesan yang harus dikomunikasikan. Bagaimana anda
“mengirimkan” itu? Mungkin anda bisa menceritakan atau bertutur kepada
setiap orang satu persatu atau menyiarkan dengan radio atau pengeras
suara. Namun yang anda lakukan itu adalah komunikasi lisan. Sementara
jika anda menggunakan media visual atau rupa seperti poster, mengetik
surat, menciptakan logo perusahaan, iklan majalah, atau cover album DVD
dan sejenisnya, walaupun sekedar menggunakan
printout komputer dan didalamnya secara pasti menggunakan format
visual, maka yang anda lakukan sudah dapat dikatakan sebagai sebuah
kerja desain grafis.
Dari segi keilmuan, hakekatnya desain
grafis adalah salah satu bentuk dari ilmu seni rupa terapan. Dalam
prosesnya diberikan kebebasan kepada sang desainer atau perancang untuk
memilih, menciptakan dan mengatur elemen-elemen rupa dasar seperti
garis, warna, bidang, raut, tekstur, value serta bekerja berdasarkan
prinsip-prinsip dasar desain diantaranya adalah balance/keseimbangan,
rhythm/irama, emphasis/penekanan dan unity/kesatuan. Desainer juga
bekerja dengan didukung beberapa aspek lain seperti pemahaman dalam
mengorganisasikan proses kreasi dan memiliki kemampuan dalam
menyampaikan atau menangkap pesan. Pesan-pesan tersebut digarap oleh
desainer dalam sebuah karya yang bertujuan untuk diproduksi atau
dikomunikasikan melalui berbagai media.
Desain grafis adalah sebuah proses
kreatif yang mengkombinasikan seni dan teknologi dalam
mengkomunikasikan gagasan. Desainer bekerja dengan seperangkat ‘alat’
untuk menyampaikan pesan yang berasal dari sumber pesan atau client
kepada audience. Beberapa perangkat yang digunakan antara lain gambar,
ilustrasi, lukisan, photography, huruf, angka, grafik dan atau image
yang telah di-generate oleh beberpa aplikasi komputer. Desainer
membuat, memilih dan mengorganisasikan semuanya atau sebagian dari
element dan perangkat tersebut ke dalam sebuah bidang yang dinamakan
“white space” dan selanjutnya disampaikan kepada publik sebagai sebuah
media komunikasi.
Desain grafis memiliki beberapa macam
basis karya dengan melihat komposisi elemen-elemen yang terdapat dalam
karya tersebut, diantaranya adalah:
Desain berbasis Image
Desainer membangun image yang merupakan
representasi dari gagasan pribadinya atau client bisnisnya. Image
sangat kuat untuk dipercaya dan merupakan alat komunikasi yang dapat
mempengaruhi, mampu menyampaikan tidak hanya informasi tetapi juga
suasana hati dan emosi. Orang akan bereaksi terhadap image secara
instinktif berdasar pada kepribadian mereka, asosiastif berdasarkan
lingkunganya, dan experientatif akibat pengalaman sebelumnya.
Desain Berbasis Image
Image diambil dengan berbagai cara dan
teknik yang disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi dan media. Di dalam
Desain berbasis Image, hal utama yang harus diperhatikan seorang
desainer adalah memahami bahwa image-image yang diekspose harus membawa
keseluruhan pesan, untuk itu terkadang desainer memberi sedikit teks
untuk bantuan. Karena setiap image yang tampil merupakan bahasa yang
harus disampaikan, maka pada sebuah proses eksekusi sebuah image,
seorang desainer juga harus memahami bagaimana pentingnya memanajemen
kepekaan terhadap calon penerima pesan, sehingga desainer tidak membabi
buta dengan mengandalkan selera estetisnya belaka dalam menampilkan
image tersebut. Bukankah sebuah gambar dapat memunculkan ribuan makna
dan maksud? Maka, arah dari maksud tersebut harus dapat tersampaikan
dengan image yang dieksekusi oleh desainer.
Desain berbasis Type
Dalam beberapa hal, para desainer
bersandar pada teks untuk menyampaikan suatu pesan, tetapi mereka
menggunakan kata-kata dengan cara yang berbeda dari tatacara yang biasa
dilakukan oleh para penulis. Bagi para desainer, mereka melihat visual
teks adalah sama pentingnya seperti maksud atau arti dari teks itu
sendiri. Format visual teks, baik tipography yang dicetak atau
penulisan buatan tangan, memiliki fungsi yang sama yaitu untuk
melaksanakan fungsi komunikasi dan seorang desainer pasti sadar bahwa
keberadaaan teks harus memiliki fungsi readibility/keterbacaan. Teks
juga dapat menghentikan perhatian pada suatu maksud tertentu dan
mengidentifikasi sebuah makna pada suatu tampilan visual. Namun
keterbacaan teks akan diolah oleh desainer tidak hanya mengandalkan
arti sebuah teks secara leksikal saja atau hanya sesuai dengan tata
bahasa saja , tapi juga menyebutkan maksud atas peranan teks itu
sendiri secara fisik. Sebagai contoh, kita tidak akan menemukan dalam
sebuah kemasan pasta gigi yang menuliskan merk-nya dengan menggunakan
teks bergaya ‘Stencil’, karena image Stencil font identik dengan style
Army Look.
Hampir semua desainer sepakat bahwa
penggunaan teks sebagai sebuah tampilan visual dengan tanpa mengabaikan
fungsi keterbacaan adalah penting. Mari kita perhatikan pada suatu
“halaman umum” yang didalamnya tercetak sebuah teks, pernahkah muncul
sebuah pertanyaan, apakah kerja desain grafis dilibatkan didalam
merancang halaman yang nampaknya sederhana seperti itu? Pikirkanlah,
apa yang anda akan lakukan jika anda diminta untuk mendesain kembali
halaman itu. Akankah anda merubah jenis typeface atau ukurannya?
Akankah anda membagi teks ke dalam dua kolom yang lebih ramping?
Bagaimana dengan garis tepi dan pengaturan jarak antar paragrap?
Akankah anda menekuk atau memberi spasi pada setiap paragrap atau
mungkin memulai dengan perubahan teks berupa rekayasa tulisan hias?
Apakah anda akan memberikan kekuatan pada teks dengan dengan cara
memberi nomor, jumlah halaman atau penulisan teks tertentu pada setiap
bab? Akankah anda merubah sebuah terminologi dengan cara membuat cetak
tebal pada teks tersebut, atau barangkali menggunakan huruf
italic/miring dan atau huruf yang bergaris bawah? Adakah hal lain yang
dapat memberikan kekuatan dan tekanan dalam sebuah perubahan yang anda
pertimbangkan, atau seberapa kuat teks-teks ini akan mempengaruhi
reaksi para pembaca? Perlu diketahui, bahwa semua pertanyaan diatas
dilakukan dan dijawab oleh Designer pada saat memulai pekerjanya hingga
proses evaluasi sebelum teks-teks itu diputuskan untuk
dikomunikasikan.
Desain Berbasis Type
Para
desainer sering mengkombinasikan antara tipography dan image untuk
mengkomunikasikan satu pesan pada audience. Eksplorasi dengan berbagai
kemungkinan kreatif yang dipresentasikan dalam kombinasi tipography
(teks dan sebagainya) dan image (fotografi, ilustrasi, dan seni rupa),
bertujuan memberi tampilan serta informasi yang lengkap. Sehingga para
desainer tidak hanya menciptakan kesesuaian antara ‘letterforms’ dan
image belaka tetapi juga untuk menetapkan keseimbangan terbaik diantara
keduanya.
Desain berbasis Image dan Type
Simbols dan
logo adalah hal yang spesial, berbentuk informasi yang sangat ringkas
dan berfungsi sebagai ‘identifers’. Simbol adalah reperentasi abstrak
dari gagasan atau identitas tertentu. Logo adalah visual dalam format
simbolis yang berfungsi mewakili konsep-konsep atau kelompok tertentu.
Logotypes adalah identifikasi-identifikasi baik konsep maupun kelompok
yang visualnya didasarkan pada suatu deretan kata atau teks yang
dirangkai khusus. Beberapa identitas merupakan ‘hybrid’ atau kombinasi
antara logotypes dengan simbol. Dalam menciptakan ‘identifiers’,
desainer akan menetapkan sebuah visual yang jelas dan sesuai dengan
visi dan misi sebuah korporasi, kelompok, konsep atau gagasan sehingga
terwakili dan sesuai dengan masing-masing tujuannya.
Desain berbasis Simbol, Logo dan Logotype
Pada suatu
pihak, sebuah sumber pesan terkadang terlalu dekat dengan isi pesan itu
sendiri, tentunya mengandung unsur subyektifitas yang sangat tinggi,
sehingga perlu dicari cara untuk dapat memperkenalkan dan memahamkan
pesan-pesan tersebut. Audience, pada sisi lain, adalah sebuah komunitas
kompleks, yang sangat luas dan memiliki macam ragam karakter. Hal itu
berdampak langsung dengan bagaimana cara atau mekanisme dalam
mengkomunikasi pesan-pesan tersebut. Lebih dari itu, pada umumnya sukar
untuk membuat audience menjadi bagian dari proses komunikasi.
Berbeda
dengan sumber pesan dan audience, para desainer grafis belajar bagaimana
cara membangun sebuah pesan dan bagaimana cara menyajikan itu dengan
sukses dan baik. Karena para desainer grafis adalah mata rantai diantara
sumber pesan dan audience, mereka memiliki dua sisi pekerjaan yang
harus dilakukan. Pertama, mereka bekerja dengan sumber pesan (dalam hal
ini adalah client) untuk memahami isi dan tujuan pesan. Kedua, bekerja
sama dengan peneliti-peneliti pasar dan spesialis-spesialis lain bahkan
dengan kondisi riil dari masyarakat untuk memahami sifat alami para
audience.
Sumber: agevisual.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar